Siapa nyana, Gunawan (34), pria asal Cirebon, yang dulunya merupakan petugas cleaning service, kini menjadi assistant vice president PT ISS Indonesia. Gunawan menceritakan, dirinya mulai bergabung di perusahaan yang menawarkan jasa Integrated Facility Service (IFS) itu, pada tahun 2000 lalu.
"Saya masuk sebagai cleaning service ISS bekerja di
Cikarang. Sebelumnya, saya pernah kerja di pabrik garmen dan Telkom di
Bandung. Namun, saya keluar dan nganggur," ujar Gunawan, di Kantor PT
ISS, di Jalan Jenderal Sudirman, Blok J Nomor 3, Bintaro, Tangerang
Selatan, Rabu (19/8).
Dikatakan Gunawan, pada saat mengganggur tersebut dirinya ingin
sekali kuliah. Tapi, kondisi ekonomi ketika itu tidak memungkinkannya
untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi.
"Kalau mau kuliah saya harus kerja. Akhirnya, saya ambil pekerjaan sebagai cleaning service di ISS. 10 bulan kerja, saya dipromosikan menjadi team leader. Ternyata, jadi team leader belum bisa membuat saya kuliah. Setelah dua tahun jadi team leader saya baru bisa kuliah," ungkapnya.
Berkat ketekunannya, Gunawan kembali dipromosikan menjadi supervisor, operation manager, hingga senior operation manager. Pekerjaannya itu dijalanin Gunawan sambil kuliah.
"Saya jadi supervisor selama satu tahun, di tempatkan di Astra Honda Motor. Dua tahun kemudian, saya dipromosikan menjadi operation manager," katanya.
Pekerjaan yang dijalaninya bukan perkara mudah. Ia bertanggungjawab
menjadi operation manager di wilayah Jakarta Timur, Cikarang,
Purwakarta, sampai Cilegon. Setiap hari, ia mesti bergantian mengontrol
satu persatu perusahaan yang masuk wilayahnya menggunakan sepeda motor.
Keseriusannya meniti karir pun berbuah manis. Ia kini menduduki jabatan sebagai assistant vice president PT ISS Indonesia dan tengah menjalani program studi S2 magister manajemen.
"Ada 6.200 orang karyawan yang saya handle. Dulu saya
pengangguran, tak punya uang untuk kuliah. Namun, saya belajar banyak di
ISS ini. Saya tahu nilai-nilai tentang hidup, bagaimana kejujuran
diterapkan, belajar bagaimana menjadi leader, disiplin, hingga menjadi assistant vice president," paparnya.
Bukan hanya Gunawan yang merasakan manisnya buah dari kerja keras,
disiplin dan bertanggungjawab bekerja di PT ISS Indonesia. Sukir (35),
pria asal Gunung Kidul, Yogyakarta, pun kini menikmatinya.
Pria berbadan tipis itu, awalnya nekat hijrah ke Ibu Kota Jakarta
hanya bermodalkan ijazah Madrasah Tsanawiyah atau setingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Padahal, ia harus bersaing dengan jutaan
pengangguran, dengan ijazah lebih tinggi, yang juga tengah mengadu nasib
di Jakarta. Namun, berkat nasihat orang tua nyalinya tidak ciut.
"Pesan si mbok (ibu), yang penting kerja halal. Tanggal 7 September 1997, saya masuk sebagai cleaner di ISS. Tidak ada orang yang punya mimpi jadi cleaner, saya juga. Cita-cita saya waktu itu mau jadi dokter," kata Sukir sambil tertawa.
Awal menjadi cleaner, Sukir digaji Rp5.750 per hari. Sebulan, sekitar 150 ribu. Makanya saya suka ambil lembur buat tambahan," jelasnya.
Akibat sering lembur itu, Sukir dinilai berprestasi dan dipromosikan menjadi team leader pada tahun 2000. "Saat itu, saya putuskan ambil kejar paket C. 6 bulan kelar," katanya.
Suatu waktu, CEO PT ISS Indonesia Houtman Simanjuntak, pernah menawarkan apakah Sukir mau menjadi service manager.
Bukannya senang, Sukir malah kebingungan. Ia paham betul tantangan yang
harus dihadapi sehingga perlu berpikir-pikir untuk menerima tanggung
jawab besar yang ditawarkan.
"Saya merasa nggak bisa. Tapi, pak Houtman bilang 'Kamu balik ke
Gunung Kidul, di gunung teriak aku bisa, aku bisa, supaya alam
memantulkannya. Kapan kamu bisanya kalau tidak mencoba.' Akhirnya, saya
berpikir sebenarnya semua orang bisa asalkan mau sungguh-sungguh bekerja
dengan tanggung jawab," paparnya.
Sukir pun menerima tawaran menjadi service manager, kemudian dipromosikan menjadi house keeper di Pondok Indah I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dan, tahun 2008 diganjar posisi sebagai field and care manager untuk Kawasan Sudirman dan Thamrin.
"Tantangannya, saya punya 163 klien dengan pemikiran dan tuntutan berbeda-beda," sebutnya.
Lain orang, lain cerita. Urip Sugiarto (35) pun merasakan
pahit-manisnya kerja di PT ISS Indonesia. Pria asal Brebes, Jawa Tengah,
itu awalnya merupakan seorang pengamen. Berusaha mengubah nasib, ia
kemudian ikut kawannya ke Jakarta menjadi kuli bangunan.
"Saya diajak teman renovasi gedung di daerah Sudirman. Ketika kerja saya diajak tetangga, 'mau jadi cleaning service gak? Kalau mau bikin lamaran ke ISS'," terang pria bertubuh tambun itu.
Tahun 2000, Urip masuk menjadi cleaning service di PT ISS Indonesia. Hanya 9 bulan bekerja, ia sudah menjadi team leader.
"Tahun 2005 saya dipercaya menjadi supervisor. Hingga tahun 2014, ditunjuk bergabung di GMF (Garuda Maintenance Facilities) sebagai supervisor di sana," imbuhnya.
Berkat kerja keras dan tanggungjawab yang tinggi, Urip menyabet sejumlah penghargaan di GMF. Semisal, The Best Employee dan The Best Supervisor.
"Saat ini, saya membawahi enam team leader. Saya bertugas di Hanggar 2, ada 100 cleaner
di sana. Tugasnya, memastikan baik interior atau pun eksterior pesawat.
Saya sangat bangga bisa mendapat penghargaan itu," ujarnya.
Perjuangan Didukung Pelatihan
Kisah sukses tiga orang di atas bukan semudah membalikan telapak tangan. Ada proses dan perjuangan yang dijalani mereka.
ISS Indonesia sebagai perusahaan jasa IFS meliputi, facility
service, security service, office supports, property and maintanece,
mechanical and electrical, parking management, catering service,
industrial cleaning, hingga aircraft cleaning dan on the train cleaning, memberikan pelatihan, pendidikan, serta peningkatan disiplin kepada calon pegawainya.
Ari Kurnianto, selaku VP Human Capital Development ISS Indonesia,
menuturkan setiap calon pegawai awalnya harus mengikuti proses
rekrutmen.
"Setelah rekrutmen, ada induksi memperkenalkan apa itu ISS dan apa
pekerjaannya. Kami tidak pasang iklan, tapi infonya dari mulut ke mulut.
Setiap hari menerima terus pegawai. Per bulan sekitar 700 orang, untuk
Jakarta saja," katanya.
Setelah diterima, tambahnya, pegawai baru mendapatkan pelatihan
sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan. Semisal, cleaning service
diajarkan cara membersihkan lantai, membersihkan toilet, dan lainnya.
Selain itu, lanjutnya, pegawai baru juga diajarkan bagaimana
melakukan komunikasi yang baik, menjaga kebersihan, menggunakan seragam
rapi, dan giat bekerja.
"Semuanya, berasal dari kalangan bawah. Siapa yang kuat dan berminat
lanjut terus ikut pelatihan selama 9 hari, kemudian ditempatkan kerja.
Tapi, ada saja yang baru hari pertama selesai makan siang sudah
berkurang, dua hari pelatihan berkurang lagi. Ya, itu terserah mereka.
Kami memberikan pelatihan tanpa dipungut biaya," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar